Jl.Sim Blang Bintang , Aceh Besar acehcyberpost181@gmail.com 0812-3223-4990 Aceh Cyber Post

Friday 4 December 2015

CARA MENDIDIK ANAK MENURUT ISLAM


Pendidikan dalam pengertian bahasa(lughowi) adalah berasal dari kata kerja: Rababa, dan kata Rabb adalah sebutan bagi tuan, raja atau yang dipatuhi dan perbaikan. 

            Menurut istilah adalah membina atau menciptakan insan muslim yang berakhlak baik dan sempurna dari segala aspek yang beerbeda-beda, baik dari aspek kesehatan, akal, akidah, ruh, keykinan dan manajemen.

            Mendidik anak adalah sebuah kewajiban orang tua kepada anak, karena anak adalah titipan. Bahkan hadits nabi menyebutkan: “pendidikan lebih baik  dari pada bersedekah. Seorang yang mendidik anaknya dengan didikan yang baik itu lebih baik dari pada bersedekah satu sak”.

            Memiliki seorang anak merupakan dambaan setiap orang tua, sebuah anugerah tuhan yang tiada duanya dan juga termasuk kebutuhan dalam sebuah rumah tangga artinya belum bisa dikatakan keluarga sakinah mawaddah warohmah apabila belum ada jerit tangis seoran anak.

             Menurut kaum muslim, mereka memandang anak adalah rizqi. Tapi masih banyak selain orang muslim yang memandang bahwa anak adalah pembawa bencana, karena khawatir tidak mampu mendidik melihat dunia yang semakin rusak, khawatir tidak bisa  menafkahi anak, Seperti yang tertera dalam alqur’an surat al-isra’ ayat 31

walaa taqtuluu aulaadakum khosyyata imlaaqnahnu narzuquhum waiyyaakum”.               Tapi, kita tidak boleh khawatir, karena ada hadis nabi yang menyebutkan:

 “Barang siapa yang di karuniai tiga anak perempuan kemudian ia mendidiknya, merawatnya, mengasihinya, maka ia akan mendapat imbalan di surga, kemudian seorang laiki-laki dari suatu kaum berkata: bagaimana jika hanya dua wahai rasulullah? Iya, dua juga(termasuk)”.

Di dalam alqur’an di terangkan bahwa anak di kategorikan menjadi  empat bagian, yaitu sebagai hiasan, musuh, fitnah dan pemimpin. Namun, kita tidak boleh merasa khawatir memikirkan nasib anak kita menjadi fitnah atau anugerah, tapi kita harus maju dan berusaha sekeras mungkin untuk menjadikan anak sebagai pemimpin. Dan untuk mewujudkan itu semua tidak mudah membalikkan tangan, Kita harus mengetahui tips-tips untuk mendidiknya dengan cara yang terbaik.

            Ada beberapa cara yang harus kita terapkan dalam mendidik anak adalah:

 yang pertama adalah dengan cara memberikan teladan dan menasehati terutama kewajibannya seperti sholat, mengaji dan lain-lain. ini yang berperan paling utama adalah Ibu. Karena Ibu adalah guru pertama dalam mendidik anak. Tak hanya ibu, pengaruh ayah juga mempengaruhi sikap dan kepribadian anak. karena anak terlahir di dunia ini ibarat kertas yang putih dan bersih, tinggal orang tua dan lingkungannya yang akan menentukan apakah kelak dia akan mengisi kertas yang putih itu dengan gambar  yang baik atau justru sebaliknya. Karena anak-anak belajar dimulai dengan cara melihat dan mendengar. Maka, kita sebagai orang tua harus bisa menjadi “uswah hasanah” bagi anak-anak kita. Karena hadis nabi menyebutkan:

            “Tidak seorangpun hamba yang diberikan oleh Allah tanggung jawab sebagai pemimpin kemudian ia tidak menasehatinya atau menjaganya maka ia tidak akan mendapati bau surga”.

            Banyak sekali terjadi kegagalan dalam mendidik anak, apalagi zaman sekarang dunianya semakin bobrok, penyimpangan sudah menjadi makanan sehari-hari. Apabila kita tidak mampu mendidik anak, maka anak akan mudah oleh terbawa arusnya zaman yaitu kerusakan moral dan pendidikan seiring dengan rusaknya zaman. Kegagalan ini bisa terjadi karena banyak sebab, diantaranya adalah karena orang tua yang berpendidikan minim, tentunya kewalahan untuk bisa mendidik anak. Biasanya orang tua macam ini menitipkan anaknya kepada baby sister atau pembantu dirumah. atau bisa juga karena orang tua tidak bisa meneladankan perilaku kepada anaknya atau mempunyai kebiasaan buruk. Dalm hal ini, orang tua harus segera mengubah hidupnya agar tidak menjadi virus bagi anak. Ada pepatah yang mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pepatah ini benar sekali bahwa anak adalah cermin dari orang tuanya. Jadi, sebenarnya orang kafir dan fasik dilarang oleh islam dalam mendidik anak, dan juga orang yang terlalu lembut karena ia tidak mempunyai kesiapan dalam hal tersebut. Dan juga jika kita ingin mengajarkan kejujuran maka kita juga harus jujur, jika kita ingin mengajarkan sopan santun maka kita juga harus berperilaku sopan santun. Hal ini memang kelihatannya sepele, namun sangat berpengaruh pada anak. Didalam alQur’an dalam surat albaqarah sudah dijelaskan :

ata’muruunannaasa bilbirri watansauna anfusakum wa’antum tatluunal kitaab, afalaa ta’qiluun”.

Adapun menasehati anak harus berdasarkan dua hal, yang pertama yaitu menjelaskan yang hak dan menjauhi kemungkaran, yang kedua yaitu membangkitkan hati nurani atau semangat. cara yang dilakukan ini bisa lewat percakapan yang memberi semangat, memberikan nasehat lewat cerita yang memotivasi, memberi contoh tentang akibat melakukan kesalahan seperti yang dilakukan anak tersebut agar dia merasa takut, dll. 

Yang perlu diperhatikan dalam menasehati anak adalah ikhlas dan mutaaba’ah(tindak lanjut), memperhatikan waktu, yaitu saat fikiran anak sedang fres dan tidak terlalu sering memberikan nasehat. Karena jika terlalu sering, anak akan merasa bosan, akibatnya anak tidak peduli lagi dengan nasehat orang tuanya.

Yang kedua yaitu kita harus memberikan pengertian kepada mereka, yaitu dengan teori-teori kehidupan yang baik yang akan berguna untuk kesuksesan anak di masa depan. Contoh pengertian tentang kejujuran, kedisiplinan, dll. dengan kita memberikan pengertian dengan cara tersebut berarti orang tua harus menambah ilmu-ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara hidup yang baik sehingga mereka cepat dewasa.

            Yang ketiga adalah kita harus memberikan penderitaan artificial, yaitu anak dipaksa untuk bekerja dan merasakan penderitaan. Karena penderitaan anak diwaktu kecil akan membangkitkan mental yang berguna untuk masa depan maksudnya untuk menghasilkan seorang anak yang sukses kita tidak boleh memanjakan mereka. Justru mereka harus dilatih hidup penderitaan dan perjuangan mulai dari kecil, sehingga di masa depan mereka mampu menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Penderitaan artificial bukan berarti anak disiksa untuk menderita, tapi bermaksud agar anak dikondisikan serba terbatas dan ada syarat untuk menginginkan sesuatu yaitu sesuai kebutuhan dan untuk memotivasi kearah yang positif dan tidak berlebihan. Dan jika kita setelah menyuruh anak untuk melakukan sesuatu jangan biasakan memberi imbalan, karena akan berakibat anak menjadi kecanduan. Akan lebih baik jika kita mengatakan: “berakhlak mulialah agar ayah dan ibumu menyayangimu”. Hal ini lebih baik dari pada memberi imbalan.

            Yang keempat yaitu kita harus memberi dorongan kepada anak agar berani mencoba sesuatu. Itu bisa kita ajarkan  dengan cara terus menerus memotivasi dan melatih mereka untuk mencoba mengikuti lomba-lomba, seperti lomba pidato, menyanyi, menari, dll agar mereka terbiasa tampil didepan dari kecil sehingga diwaktu dewasa mereka menjadi orang yang pemberani dan pejuang.

            Yang kelima adalah konsisten, yaitu memberi peraturan yang tetap kepada anak, sampai mereka mengalami perubahan yang positif dan menjadi kebiasaan. Bila kita tidak konsisten, maka anak semakin membantah ajaran-ajaran kita dan menyepelekan kita, karena tidak ada kepercayaan sama sekali dari mereka, dan mereka seringnya selalu mencari-cari alasan dengan memberi celah untuk bisa melanggar aturan yang telah kita buat, dan itu jangan sampai membuat kita goyah. dan yang lebih parah lagi, perilaku ketidakkonsisten kita dijadikan pedoman hidup bagi anak. Tentunya ini sangat tragis sekali. Dan jika anak enggan mematuhi peraturan, jangan sampai memukul anak. Tapi jika hal tersebut harus dilakukan, maka seyogyanya dilakukan ketika anak telah mumayyiz.                                                                      

Ada juga syarat-syarat kita mengancam anak, yaitu jika anak baru pertama kali melakukan kesalahan, maka jangan dihukum, akan tetapi diarahkan terlebih dahulu. Jika setelah diarahkan masih mengulangi lagi perbuatanya, maka hukumanya boleh dengan memukul, dengan syarat tidak boleh memukul bagian kepala, dada, wajah, dan perut.

            Yang keenam adalah bersikap lembut, ini sangat penting untuk kita terapkan karena tidak jarang sekali banyak orang tua yang menasehati anaknya dengan bentakan atau amarah, itu semua bukan malah membuat mereka jera tapi menjadi frustasi, karena anak pada umumnya tidak dapat merespon dengan baik bila kita hadapi mereka dengan bentakan atau amarah. Solusi yang terbaik adalah menghadapi mereka dengan tegas. berperilaku tegas bukan berarti bersikap keras. Seperti yang di terapkan Nabi Muhammad terhadap kaumnya, tapi kewajibannya berbeda dengan mendidik anak. Beliau dalam menghadapi kaumnya yang tidak beriman dengan cara menasehati dengan baik. Jika mereka tidak mau, maka Beliau hanya menyampaikan, tapi ini bagi kaum jaahiliin. karena dial-Qur’an kita diperintah untuk wa a’ridh anil jaahiliin, maksudnya jika mereka ketika dinasehati tetap berpaling, maka kita harus berpaling dari mereka. Karena tidak mungkin allah menciptakan manusia di dunia ini beriman semua. (walau syaa’a robbuka la’aamana man fil aldhi kulluhum jamii’aa. Afa anta tukrihunnaasa hattaa yakuunuu mu’miniin). Tapi bila kepada anak, kita tidak boleh berpaling bagaimanapun keadaanya.

            Yang ketujuh adalah kita harus memuji dan membesarkan hati mereka ketika mereka melakukan hal yang positif. Ini  dinamakan “labeling”, maksudnya jika kita menganggap mereka hebat, maka mereka akan menjadi lebih semangat atau merasa termotivasi dan bila mereka berbuat buruk, maka mereka akan merasa malu karena sudah dipercaya menjadi orang hebat. Berbeda lagi jika kita mengatakan kepada mereka sesuatu yang buruk, maka mereka akan frustasi, karena mereka sudah merasa tidak dipercaya orang lain dan mereka merasa sia-sia untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

            Yang kedelapan adalah menjelaskan kepada mereka maksud dan tujuan yang kita tetapkan kepada mereka, mengapa mereka harus mematuhi peraturan yang telah kita buat. Ini bertujuan agar mereka bisa mengambil pelajaran dan agar mereka bisa menerima atas ajaran-ajaran kita. 

            Maka dari itu, perlunya kita mendidik anak dari kecil dengan berusaha keras agar pada waktu dewasa mereka mampu berinteraksi dengan masyarakat dengan baik, berjiwa pemimpin, pemberani, pejuang, dan bertanggung jawab.

0 comments:

Post a Comment

Followers

Popular Posts

Al-Qithar. Powered by Blogger.

Translate