Jl.Sim Blang Bintang , Aceh Besar acehcyberpost181@gmail.com 0812-3223-4990 Aceh Cyber Post

Sunday 8 November 2015

Penghancuran Ka’bah oleh Dzussuwaiqatain di Akhir Zaman


MUNGKIN, itulah zaman ketika Ka’bah dihancurkan oleh Dzussuwaiqatain. Dalam Musnadnya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah ibn Umar bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Dzussuwaiqatain dari Habasyah akan menghancurkan Ka’bah, pengikutnya akan merampasnya, dan menganggalkan kain kiswahnya. Seakan-akan saya melihatnya botak dan ditinggalkan.”
Dalam Shahih al-Bukhari dan Musnad Ahmad diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seakan-akan saya melihat Ka’bah sedang diturunkan batu demi batu.”
Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dzussuwaiqatain dari Habasyah akan menghancurkan Ka’bah.”
Dia disebut Dzussuwaiqatain karena kedua betisnya kecil, dan begitulah betis orang-orang Sudan pada umumnya.
Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana mungkin Ka’bah dihancurkan padahal Allah telah menjadikannya terpelihara dan terjaga? Jawabannya: Dia terjaga sampai menjelang hari kiamat dan kehancuran dunia. Begitu yang dikatakan oleh an-Nawawi. Hal itu adalah benar jika kehancuran itu memang terjadi di zaman itu. Kalau tidak, maka itu merupakan hokum syariat yang Allah wajibkan kepada semua hamba-Nya untuk menjaganya. Jika ada orang yang memberontak dan merusak kehormatan Ka’bah, Allah mungkin akan mencegahnya, sebagaimana yang terjadi pada Abrahah, tetapi mungkin juga tidak, dengan hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya, sebagaimana yang terjadi pada golongan Qaramithah yang menyerbu dan melempari Ka’bah dengan bandik, dan sebagaimana pula yang akan terjadi pada si penjahat Dzussuwaiqatain ini.

Ketika Ayah Menangis


KENAPA setiap kita jauh dari orang tua, kita selalu kangen sama ibu. Kita selalu menyebut namanya. Kita selalu menghadirkan wajahnya dalam setiap pandangan hati. Itu karena ibu lah yang paling sering nanyain kabar kita ketika itu.
Tapi…
Kalau dari ibu, ternyata ayahlah yang selalu mengingatkan ibu supaya nelepon kita saat kabar belum didapat. Mereka was-was jika handphone kita tidak aktif, sedang kabar belum diketahui.
Waktu kecil, ayah sering ajarin kita naik sepeda. Padahal ibu sangat khawatir. Tapi ayah yakin karena kita pasti bisa melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak yakin bisa.
Maka begitulah saat kita mengenal pacaran.
Kenapa ayah melarang kita pacaran?
Karena ayah sangat cemburu pada kita. Ayah tidak menginginkan kita menghabiskan masa muda ini dalam kesia-saiaan yang fana. Ayah tidak mau waktu muda kita dihabisi oleh orang lain. Beliau masih sangat menginginkan kita dan menjaga kita sebaik mungkin.
O iya, apakah sahabatku tahu?
Saat kita diwisuda, ayahlah yang pertama kali menepukkan tangannya. Itu karena ayah bangga memiliki kita. Lalu, ibulah yang pertama kali meneteskan air mata kebahagiaan karena melahirkan seorang anak yang cerdas, secerdas kita. Ada 1 tepukkan kebanggaan dari ayah, diiringi dengan 1 tetes air mata kebahagiaan dari ibu.
Saat kita menginginkan sesuatu, lalu ayah tidak memberikan atau mengizinkannya kepada kita, sebenarnya hatinya tidak tega ketika menolak permintaan kita. Namun ayah tetap harus tegas di hadapan kita. Dan itu dilakukan demi keberhasilan kita.
Dan saat kita telah bergandeng mesra dengan seorang pendamping hidup yang ada di tangan kita, ayah kita adalah orang yang pertama menangis dalam hati, seraya berkata, “Tugasku telah selesai mendidik dan menjagamu, wahai anakku sayang.”

Followers

Popular Posts

Al-Qithar. Powered by Blogger.

Translate